Tempo hari saya didatangi tiga pemuda di kantor yang menawarkan kesempatan menjadi donatur untuk sebuah acara seni. Awalnya saya tertarik mendengarkan karena berkaitan dengan drama musikal dengan pemerannya sendiri yang datang ke kantor saya. Hingga pada satu titik mood saya ambruk karena dengan bangga mereka menyebut satu yayasan terkenal yang berkaitan dengan produksi rokok sebagai inisiator acara ini.
Tak ada yang baru, sesungguhnya. Hanya saja, praktik ‘corporate social responsibility’ ala rokok terus saja gencar dilakukan meski sebenarnya mayoritas pakar corporate social responsibility (CSR) menolak gaya ‘CSR’ rokok sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Laporan WHO menyatakan bahwa industri rokok dianggap masuk dalam kategori harmful industry sehingga tidak ada satu pun indeks socially responsible investment (SRI) yang menyertakan perusahaan rokok ke dalam portofolio investasinya. Para pakar CSR pun menolak berbagai keterlibatan industri rokok dalam aktivitas ilmiah CSR, seperti yang pernah terjadi dalam forum Ethical Corporation Asia di Hongkong pada tahun 2004. BAT dan Philip Morris, dua perusahaan rokok terbesar di dunia, awalnya terdaftar sebagai sponsor emas dan mengirim eksekutifnya sebagai pembicara, namun ditolak melalui petisi 86 pakar CSR dan etika bisnis. Survey mutakhir pun menunjukkan bahwa kinerja CSR industri rokok termasuk yang paling rendah di kalangan industri. Survey CSR Monitor oleh Globescan pada tahun 2007 menunjukkan skor industri rokok jauh lebih rendah dari industri tambang, bahkan industri minuman beralkohol.
BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/pemalsuan-wajah-rokok/
Minggu, 29 Maret 2020
Kamis, 19 Maret 2020
Pengobatan Cara Nabi: Pengalaman Pribadi atau Petunjuk Ilahi?
Umat Islam meyakini bahwa Allah menurunkan obat untuk tiap penyakit. Nabi mendorong kaum muslimin untuk mencari pengobatan untuk penyakit, dan sahabat selalu mendengarkan nasihat Nabi yg berhubungan dengan pengobatan. Namun ada perbedaan pendapat tentang tip-tip pengobatan dari Nabi, ada yg mempercayai bahwa hal itu bagian dari informasi yang diterima dari Allah SWT., dan ada pula yang punya pendapat berbeda, bahwa tip-tip pengobatan itu adalah pengalaman pribadi dan hasil dari pengaruh lingkungan.
Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya kecuali tua dan kematian. Hal ini menginspirasi para pasien dan dokter untuk selalu memiliki harapan. Orang yang sakit akan terus memilki harapan bahwa cepat atau lambat mereka akan mendapat obat yang menyembuhkan, sedangkan dokter akan terus bekerja keras menemukan obat untuk berbagai penyakit.
BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/pengobatan-cara-nabi-pengalaman-pribadi-atau-petunjuk-ilahi/
Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya kecuali tua dan kematian. Hal ini menginspirasi para pasien dan dokter untuk selalu memiliki harapan. Orang yang sakit akan terus memilki harapan bahwa cepat atau lambat mereka akan mendapat obat yang menyembuhkan, sedangkan dokter akan terus bekerja keras menemukan obat untuk berbagai penyakit.
BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/pengobatan-cara-nabi-pengalaman-pribadi-atau-petunjuk-ilahi/
Rabu, 11 Maret 2020
Putri Yang Ditukar
Alkisah sore itu saya praktek seperti biasanya. Beberapa pasien sudah berlalu. Senang rasanya bisa bertemu dengan mereka, menjadi perantara kesembuhan mereka dan sebagai efek sampingnya saya bisa mendapat rezeki yang halal lagi baik dari mereka. Alhamdulillah yah..!
“Berikutnya, panggil Dok?” tanya suster. Tidak pakai ngesot.
“Ya, oke….!”
“Nyonya Ira (ini nama bukan sesungguhnya)!” panggil suster yang selalu baik hati ini.
Lalu masuklah seorang wanita yang saya perkirakan berusia dua puluhan. Sinar matanya lugu.
“Silahkan duduk Bu Ira…”, saya mempersilahkan pasien ini duduk. Saya mulai membuka lembar rekam medis.
BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/putri-yang-ditukar/
“Berikutnya, panggil Dok?” tanya suster. Tidak pakai ngesot.
“Ya, oke….!”
“Nyonya Ira (ini nama bukan sesungguhnya)!” panggil suster yang selalu baik hati ini.
Lalu masuklah seorang wanita yang saya perkirakan berusia dua puluhan. Sinar matanya lugu.
“Silahkan duduk Bu Ira…”, saya mempersilahkan pasien ini duduk. Saya mulai membuka lembar rekam medis.
BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/putri-yang-ditukar/
Langganan:
Postingan (Atom)